pertanian

pertanian
selamat bekerja

Minggu, 30 September 2012

Model Telanjang di London Fashion Week

Desainer Charlie Le Mindu, menimbulkan kehebohan di ajang 'London Fashion Week', karena menampilkan para model yang telanjang di atas catwalk.

Seperti diberitakan Daily Mail, para model bugil itu hanya mengenakan sepatu boot berhak tinggi warna pink, topi, tas, wig, dan tanpa mengenakan pakaian yang menutupi tubuh mereka.

Bagi seorang pembuat wig, itu satu-satunya cara untuk mendapat perhatian atas karyanya, yaitu aksesoris rambut yang dikenakan oleh para model.

Dalam satu adegan yang mengingatkan kita pada kisah klasik 'Pakaian Baru Kaisar' itu, banyak 'fashionista' yang tidak tahu harus mengarahkan pandangan mereka ke arah mana.


Sekilas Info > Ingin tau Cara Memutihkan Kulit? atau Pemutih Wajah danPemutih Kulit yang aman silakan di klik tulisanya yah.

Desainer kelahiran Perancis itu meluncurkan labelnya baru setahun lalu tetapi sudah mampu menarik perhatian.

Dia juga dikenal berkat wig berbentuk menara Eiffel. Karyanya juga dipakai oleh Lady Gaga. Pelantun tembang 'Poker Face' itu pernah mengenakan penutup kepala berbentuk bunga mawar hitam besar saat meninggalkan sebuah hotel di London.

Tahun lalu di ajang yang sama, Le Mindu menyakiti kalangan aktivis hak binatang karena meluncurkan penutup kepala yangmenutupi seluruh wajah dibuat dari tikus asli dan bangkai tikus besar.

'Lebih baik membuat mereka (hewan pengerat itu) indah daripada memberikan mereka kepada ular,' kata desainer berusia 24 tahun itu saat ditanya mengenai tanggapan publik atas karyanya.


Karya terakhirnya bukan yang paling praktis dengan beberapa aksesori, termasuk penutup kepala beruang aneh bermotif leopard, yang menutupi seluruh wajah model yang memakainya.

Le Mindu lahir di pedesaan Perancis, dia belajar tata rambut di Vidal Sassoon dan Toni & Guy sebelum beralih ke wig dan membuka studio di kawasan Shoreditch yang trendi di East London yang menjadi basisnya saat ini.

Karenina Anderson memang telah kembali sibuk ke pekerjaan lamanya sebagai model. Sekaligus menyebutkan 25 hal tentangnya, ia tuturkan juga betapa ia belum rela untuk berhenti menjadi model. Fotografi: Hakim Satriyo (081316516525, hakimsatriyo.blogspot.com, Makeup & Hair: Putri Kansil (www.putrikansil.com), Wardrobe: Sally Koeswanto (www.sallykoeswanto.com)
Karenina
1. Bukan seseorang yang suka dengan binatang karena mamanya juga takut dengan hewan sehingga masa kecilnya tidak dibiasakan mengenal berbagai macam binatang.
2. “Rata-rata semua hewan saya takuti, tapi kalau didekati anjing saya bisa sampai lari,” akunya malu-malu.
3. Profesi model diakuinya adalah pekerjaan yang memang tepat untuknya karena kecintaannya padatraveling.
4. “Saya bersyukur banget bisa menjadi model karena bisa berkeliling hampir seluruh dunia sambil menjalankan profesi ini.”
5. Beruntungnya, walaupun sempat vakum beberapa tahun, Nina tidak begitu saja dilupakan oleh penggemarnya.
6. “Ketika saya berada di tempat umum, orang masih saja mengenali dan menghampiri saya. Senangnya…”
7. Masa vakumnya dulu pun, diakuinya seperti masa cuti yang malah membuatnya makin kangen saja denganmodelling.
8. “Memang dasarnya saya sudah sangat cinta dengan pekerjaan ini, makanya saat cuti modeling dulu saya seringkali posing di depan cermin seolah-olah saya difoto.”
9. “Saya melakukan itu karena saya perlu mengeluarkan energi kreatif saya yang selalu ingin berkreasi dan berimprovisasi.”
10. Statusnya kini sebagai ibu mengubah rencana terbesarnya untuk traveling. Dulunya ia ingin sekali ke Amerika Selatan dan Afrika Selatan, tapi kini ia merasa lebih baik berlibur ke negara tujuan yang bisa menyenangkan anaknya, seperti kota dimana Disneyland berada.
11. A kind of religious model. Di balik penampilannya yang terkadang seksi dan flirty, ia tetap seseorang yang taat beragama.
12. “Pengalaman traveling saya selama aktif di modelling sekaligus membuka mata kalau saya bukanlah apa-apa tanpa kasih sayang Tuhan. Perasaan seperti itu yang selalu menjaga saya untuk rendah hati dan bersyukur.”

Sabtu, 29 September 2012

Proses Belajar Dalam Penyuluhan Pertanian


Proses Belajar Dalam Penyuluhan Pertanian

 
 
 
 
 
 
4 Votes

  1. Pendahuluan
Di masyarakat tumbuh kebutuhan yang meningkat akan adanya bimbingan dan penyuluh atau tenaga yang mampu mengembangkan ketrampilan hubungan antarorang pada umumnya. Tenaga seperti ini diperlukan di berbagai lingkungan , seperti di sekolah, lingkungan industri, ketenaga-kerjaan, dan terutama di bidang pertanian.
Sebelum terjun dalam lingkungan kerja tertentu, seorang calon penyuluh perlu menjalani dan terlibat langsung di dalam latihan yang baik dan mantap guna mengembangkan kemahiran dalam pemakaian ketrampilan penyuluhan.
Dalam suatu hubungan penyuluhan, penyuluh yang terlatih dengan baik mempunyai sejumlah metode yang dapat digunakannya untuk membantu klien. Suatu metode dapat dipandang sebagai usaha penyuluhan bilamana ia memiliki persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhinya.
Kemampuan penyuluh yang efektif berarti kemampuan menggunakan ketrampilan-ketrampilan yang benar-benar tepat sesuai dengan tuntutan suasana. Untuk dapat mengajarkan ketrampilan menyuluh, pengajar perlu memiliki tingkat kematangan yang tinggi dan kemampuan yang mentap dalam mengadakan hubungan antar orang. Dari segi pribadinya pengajar hendaknya memiliki kepribadian yang hangat, terbka, menerimadiri sendiri dan mampu mengungkapkan (membuka) diri sendiri.
Penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara dua orang; yng satu oleh karena keahliannya membantu yang lain untuk mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Orang yang memberi bantuan disebut penyuluh dan yang diberi bantuan disebut klien.. Dan sering kita katakan bahwa penyuluhan itu alat daripada bimbingan. Dengan kata lain, bimbingan itu diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian keberhasilan bimbingan banyak ditentukan bagaimana penyuluh itu dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan secara lebih terarah, penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai ketrampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan penyuluhan.
  1. Pembahasan
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Proses belajar yang seharusnya dilakukan dalam penyuluhan adalah proses pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan orang dewasa (adult education/andragogie). Di dalam penyuluhan, pendidikan orang dewasa bersifat seperti sukarelawan, artinya tidak ada paksaan dalam melakukan penyuluhan.
Dalam proses pendidikan dan pengajaran, guru dan pendidik berkewajiban menyampaikan pengetahuan, pengalaman, informasi yang selanjutnya diubah menjadi pesan-pesan pendidikan dan disajikan dalam proses pembelajaran. Tentu saja pengajaran bersumber dari Garis-Garis Besar Program Pengajaran, dimana terdapat komponen-komponen Tujuan Instruksional Umum, pengalaman belajar (metode dan media) pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan. Untuk menyampaikan materi pelajaran sehubungan dengan upaya pencapaian tujuan instruksional yang telah ditentukan itu, maka siswa dan guru perlu menggunakan media yang cocok dan konsisten dengan komponen-komponen GBPP tersebut (Santoso, 1970).
Penggunaan media pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu proses dan kegiatan belajar mengajar. Terjadinya peningkatan mutu tersebut disebabkan oleh
  1. Siswa dapat mendengarkan atau melihat sendiri hal-hal yang tadinya bersifat abstrak. Berkat media pendidikan, maka pengajran yang disajikan menjadi kongkrit dan realistic.
  2. Siswa dan guru mendapat bantuan dan kemudahan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru mudah menyampaikan materi pelajaran dan siswa mudah menerima bahan-bahan yang disampaikan.
  3. Media pendidikan merupakan ‘perantara” yang menyambungkan antara siswa (penerima informasi) dan guru (yang menyampaikan informasi).
  4. Siswa dapat menerima dan memperoleh bahan/informasi secara tepat dan sesuai keadaannya dalam suasana yang menarik dan menyenangkan siswa.
(Oemar, 1990).
Dalam mempersiapkan latihan pertama-tama hendaknya dijelaskan maksud dan tujuan latihan itu secara jelas, tepat dan terperinci. Para calon peserta diberikan kesempatan untuk mengemukakan maksud dan tujuan mengikuti latihan dan bantuan perlu diberikan agar para peserta mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan maksud dan tujuan mereka secara terbuka. Proses ini mungkin memakan waktu yang lama dan melalui proses inilah si (calon) pelatih akan dapat mengetahui tingkat perkembangan kelompok yang diasuhnya itu (Munro et all, 1983).
Adapun karakteristik pendidikan orang dewasa dalam kaitannya dengan proses belajar di dalm penyuluhan adalah sebagai berikut:
  1. Proses belajar yang berlangsung secara lateral atau horizontal, yaitu proses belajar bersama, dimana semua pihak yang terlibat saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman.
  2. Kedudukan penyuluh tidak berada di atas atau lebih tinggi dibanding petaninya, melainkan dalam posisi yan sejajar. Kedudukan sebagai mitra sejajar tidak hanya terletak pada prose pertukaran informasi, pengetahuan dan pengalaman selama berlangsungnya kegiatan penyuluhan, tetapi di mulai dari sikap pribadi selama berkomunikasi, sikap saling menghargai, saling menghormati, dan saling memperdulikan antar penyuluh dan petani karena mereka saling membutuhkan dan memiliki kepentinan dan tujuan yang sama dalam meningkatkan kemajuan pertanian.
  3. Peran penyuluh bukan sebagai guru yang harus menggurui petani/masyarakat, melainkan sebatas sebagai fasilitatir yang membantu proses belajar, baik selaku moderator (pemandu acara), motivator (yang merangsang dan mendorong proses belajar) atau sekedar nara sumber manakala terjadi “kebuntutan” dalam proses belajar yang berlangsung.
  4. Dalam proses persiapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, perlu memperhatikan karakteristik orang dewasa dan karakteristik emosional.
  5. Materi penyuluhan harus berangkat dari “kebutuhan yang dirasakan”.
Terutama menyangkut:
  1. kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan
  2. masalah yang sedang dan akan dihadapi.
  3. Perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan.
  4. Tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan, sebaiknya juga harus disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat, yaitu:
    1. Tempat penyuluhan tidak harus selalu dihamparan/lahan usaha tani, tidak harus menetap, tatapi dapat berpindah-pindah sesuai dengan materi dan kesempatan yang dimiliki.
    2. Hari dan waktu pertemuan, tidak harus tetap tetapi yang penting harus ada kepastian.
    3. Selang waktu kunjungan tidak harus dua minggu sekali, tetapi yang penting dilakukan pertemuan (kunjungan) 2 kali dalam sebulan, atau untuk masyarakat jawa dapat diundur sedikit menjadi 2 kali dalam selapan (35) hari.
7. Keberhasilan proses belajar, tidak diukur dari seberapa banyak terjadi “transfer of knowledge”, tetapi lebih memperhatikan seberapa jauh terjadi dialog (diskusi,sharing) antar peserta kegiatan penyuluhan. Berlangsungnya dialog seperti ini neniliki arti yang sangat pentinh, kaitannya dengan:
  1. Penggalian inovasi yang ditawarkan dari luar maupun indegenuous technology yang digali atau warisan generasi tua.
    1. Peluang diterima dan keberhasilan inovasi yang ditawarkan.
    2. Berkembnagnya partisipasi masyarakat dalam bentuk untuk merasakan memiliki, keharusan, turut mengamankan segala keputusan yang disepakati (melaksanakan, monitoring dll).
Berkaitan proses belajar yang berlangsung dalam kegiatan penyuluhan perlu juga diperhatikan pentingnya:
1. Proses belajar yang tidak harus melalui system sekolah, yang memungkinkan semua peserta dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar bersama.
2. Tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup, dalm arti pentingnya rangsangan, dorongan, dukungan, dan pendamping terus menerus secar berkelanjutan.
3. Tempat dan waktu penyuluhan, harus disepakati lebih dahulu dengan calon peserta kegiatan dengan lebih memperhatikan kepentingan atau kesediaan mereka. Pemilihan waktu dan tempat penyuluhan tidak boleh ditetapkan sendiri oleh penyuluh/fasilitatornya menurut kegiatan dan waktu yang disediakannya.
4 .Tersediannya perlengkapan penyuluhan (alat Bantu dan alat peragaaan terutama yang berkaitan dengan: pangliatan/pencahayaan dan paendengaran). Perlengkapan yang disediakan, sebaiknya berupa alat Bantu dan peraga berupa contoh riil yang dapat disediakan dan dapat digunakan sesuai kondisi setempat.
5. Materi ajaran tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media masa seperti: Koran, tabloid, laporan, radio, telavisi,pertunjukan kesenian, perjalanan, termasuk cerita rakyat maupun pesan-pesan generasi tua/para pendahulu, maupun pengalaman kerja dan pengalaman sehari-hari.
6. Materi ajakan tidak harus baru (up to date), tetapi dapat juga cerita kuno, atau praktek-praktek lam yang sebenarnya sudah pernah dilakukan tetapi lama ditinggalkan.
7. Sumber bahan ajar, tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh masyarakat atau pejabat, melainkan dari siapa saja (termasuk pihak-pihak yang sering direndahkan).
8. Pengembangn kebiasaan untuk bersama-sama mengkaji atau mengkritisi setiap inovasi (dari manapun subernya), kaitannya dengan peluang dan ancaman, manfaat/keuntungan yang akan diharapkan dari resiko yang akan ditanggung, serta tungkat kesesuaian dengan keadan alami/fisik, kemampuan ekonomi, daya nalar, agama, adapt, kepercayaan, dan norma kehidupan masyarakat setempat.
9. Keberhasilan fasilitator atau nara sumber tidak selalu harus diterima sebagai penentu tetapi cukup sebagai pemberi pertimbangan bagaimanapun keputusan sangat tergantung kepada masing-masing individu atau kesepakatan masyarakat setempat.
    1. Penutup
    Proses belajar dalam penyuluhan pertanian diterapkan dalam pendidikan orang dewasa atau adult education. Dalam system belajar yang demikian maka kedudukan dari penyuluh dengan masyarakat adalah sejajar atau horizontal, karena proses belajar dilakukan secara bersama-sama baik penyuluh itu sendiri maupun orang yang diberikan penyuluhan selain itu peran penyuluh hanya sebatas sebagai fasilitator yang membantu dalam proses belajar, baik sebagai motivator, moderator atau sekedar sebagai narasumber.
    Sebelum dilakukan proses belajar dalam penyuluhan, salah satu aspek yang harus dilakukan pertama kali adalah dalam hal menentukan maksud dan tujuan dari proses belajar tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penyuluh maupun klien atau orang yang diberikan penyuluhan dapat memahami dengan seksama apa yang akan mereka pelajari bersama.
    Keberhasilan dalam proses belajar, tidaklah diukur dari seberapa banyak terjadi “transfer of knowledge”, tetapi lebih memperhatikan terhadap seberapa jauhnya tingkat dialog (diskusi,sharing) antar peserta kegiatan penyuluhan itu sendiri.
    Hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses belajar penyuluhan pertanian adalah ketersediaan fasilitas belajar yang memadai. Fasilitas tersebut antara lain tempat atau ruangan, waktu, alat untuk menunjang pelaksanaan penyuluhan.

    Prospek Pertanian Organik di Indonesia


     Prospek Pertanian Organik di Indonesia

    (adm/04 Jul 2002)
    Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan �Back to Nature� telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.
    Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
    Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
    Peluang Pertanian Organik di Indonesia
    Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
    Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.
    Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.
    Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.
    Tabel 1. Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002
    No. Wilayah Areal Tanam (juta ha)
    1. Australia dan Oceania 7,70
    2. Eropa 4,20
    3. Amerika Latin 3,70
    4. Amerika Utar 1,30
    5. Asia 0,09
    6. Afrika 0,06
    Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.
    Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.
    Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
    Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.
    Pertanian Organik Modern
    Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.
    Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
    Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
    a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
    b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
    Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.
    Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik
    No. Kategori Komoditi
    1. Tanaman Pangan Padi
    2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
    3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
    4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
    5. Peternakan Susu, telur dan daging

    Pertanian organik

    Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.[1] Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik tersebut adalah padihortikulturasayuran dan buah (contohnya: brokolikubis merahjeruk, dll.), tanaman perkebunan (kopitehkelapa, dll.), dan rempah-rempah.[1] Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatanekologikeadilan, dan perlindungan.[2] Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.[2] Pertanian organik juga harus didasarkan padasiklus dan sistem ekologi kehidupan.[2] Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antarmanusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan.[2] Untuk mencapai pertanian organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.[2]

    PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN ORGANIK


    Setiap musim tanam selalu saja petani kita “berteriak” memelas karena pupuk langka. Sering pula hama yang ada berubah makin ganas dan menjadi kebal terhadap “obat” pertanian yang ada. Kemudian, walaupun ada sebagian petani dengan bercocok tanam secara organik, namun ternyata pupuk organik sulit didapat dan tergantung juga pada produsen pupuk (organik). Ketiga hal ini paling tidak menunjukkan bahwa pola pertanian kita masih jauh dari standar berkelanjutan.

    Ada beberapa definisi yang menjelaskan batasan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Secara garis besar Zamor (1995) mengemukakan kriteria sistem pertanian berkelanjutan, yakni: Keberlanjutan Secara Ekonomi, Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian.

    Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata.


    Jadi kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita beberapa alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan. Di beberapa tempat lain, system pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan keluar.



    Keberlanjutan Ekologi

    Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).

    Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali sehari oleh petani.

    Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan konsumen.

    Hal lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis ini dapat menyebabkan tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga generasi hama berikutnya tidak lagi mempan disemprot dengan dosis yang sama, atau pestisida yang sama. Di lapangan dijumpai kebiasaan petani meng-oplos berbagai merk pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih ampuh (dalam banyak kasus, justeru penyuluh pertanianlah yang mengajarkan petani akan perihal berbahaya ini).

    Selain berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat mutlak sistem pertanian berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian dengan budaya lokal. Yakni penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat perlakuan adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih tegas atas hak petani dalam penguasaan lahan, benih dan teknologi lokal yang sering “dibajak” oleh kaum pemodal.

    Sistem yang harus dibangun juga menyediakan fasilitas untuk mengakses informasi, pasar dan sumberdaya yang terkait pertanian. Hal mana harus menjamin “harga keringat petani” untuk mendapat nilai tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga tani dan keberlanjutan modal usaha tani.


    sumber : http://pak-tani-ke-sawah.blogspot.com

    MAKALAH GLOBAL WARMING



    MAKALAH GLOBAL WARMING

    Bab I
    Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan tentang pemanasan global atau global warming yang sedang terjadi saat ini. Banyak faktor atau penyebab yang membuat pemanasan global itu sendiri terjadi. Masalah dunia ini belum bisa teratasi, belum ada solusi yang efektif untuk menyelesaikannya. Mungkin sudah banyak penanggulangan yang sudah dilakukan , akan tetapi belum terlalu terlihat hasilnya yang dapat kita rasakan.

    1.2. Tujuan

    Tujuan disusunnya makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Selain itu pembuatan makalah ini untuk menyadarkan tentang keadaan yang ada pada saat ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat berguna bagi orang yang telah membacanya.

    Bab II
    Pembahasan

    2.1 Pengertian Pemanasan Global

    Pemanasan global atau yang sering juga disebut global warming adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.

    2.2 Penyebab Pemanasan Global1. Efek Rumah Kaca

    Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, cahaya berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembai sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. 

    Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. 

    Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

    2. Efek Umpan Balik

    Proses umpan balik yang terjadi mempengaruhi penyebab pemanasan global. Sebagai contoh adalah pada proses penguapan air. Pada kasus pemansan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pada awalnya pemanasan akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. 

    Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

    Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. 

    Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

    Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

    3. Penggundulan Hutan

    Maraknya kasus penggundulan hutan merupakan salah satu penyebab pemanasan global saat ini. Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Hutan yang menjadi paru-paru Bumi kini tidak dapat berfungsi secara maksimal karena sudah sangat berkurangnya jumlah pohon yang ada. Jumlah pohon yang ada tidak dapat menyeimbangi banyaknya jumlah CO2 yang ada di Bumi.

    2.3 Dampak Pemanasan Global1. Iklim Mulai Tidak Stabil

    Telah diperkirakan oleh para ilmuwan, daerah bagian utara dari belahan Bumi Utara akan memanas lebih dari daerah-daerah lainnya di Bumi. Hal ini berakibat akan mencairnya gunung-gunung es dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan tersebut. 

    Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

    Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. 

    Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

    2. Peningkatan Permukaan Laut

    Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, hal ini menyebabkan volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga mengakibatkan mencairnya es di kutub, terutama sekitar Greenland.

    Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat berpengaruh pada kehidupan di daerah pantai. Beberapa daerah akan tenggelam. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Bahkan sedikit saja kenaikan permukaan laut akan sangat berpengaruh pada ekosistem pantai, contohnya akan menenggelamkan separuh rawa-rawa pantai.

    3. Gangguan Ekologis

    Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. 

    Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

    2.4 Pengendalian Pemanasan Global

    Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Kerusakan yang telah terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara. Daerah pantai dilindungi dengan didnding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Adapun cara lain, pemerintah membantu populasi yang ada di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Ada dua cara untuk memperlambat bertambahnya gas rumah kaca. 

    Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Cara yang kedua adalah mengurangi produksi gas rumah kaca.

    Cara-cara lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
    • Menanam banyak pohon
    • Bepergian dengan kendaraan yang ramah lingkungan, contoh: sepeda
    • Gunakan alat elektronik yang hemat energy
    • Kurangi penggunaan AC
    • Daur ulang sampah organik
    • Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
    Bab III
    Kesimpulan Dan saran

    3.1 Kesimpulan

    Pemanasan global yang terjadi saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Sebagai manusia kita tidak dapat menjaga dengan baik tempat dimana kita hidup. Jika kita tidak sadar akan dampak yang terjadi nanti, maka kehidupan di Bumi ini akan terancam. Untuk mengatasinya, telah dilakukan beberapa penangulangan. Penanggulangan ini akan efektif bila semua pihak turut serta untuk melakukannya. 

    3.2 Saran

    Pemanasan global ini dapat di kurangi jika kita menanamkan rasa cinta kepada Bumi ini. Kita harus dapat menjaga dan melestarikannya , demi kelangsungan kehidupan di masa yang akan datang.

    Sekian informasi sederhana saya mengenai Contoh Makalah Global Warming ini.Semoga apa yang teman - teman cari ada didalam artikel Contoh Makalah Global Warming.Jika teman - teman bingung dalam penulisan artikel silahkan baca Cara Membuat Makalah Yang Baik.Sekian informasi saya Contoh Makalah Global Warming.