pertanian

pertanian
selamat bekerja

Kamis, 07 Juni 2012

budidaya semangka


Kamis, 02 Februari 2012

BUDIDAYA SEMANGKA




SEMANGKA
(Citrullus vulgaris)


gambar buah semangka


1.    SEJARAH SINGKAT

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang  ada  di  benua  tersebut,  karena  banyak  mengandung  air, sehingga penyebarannya menjadi cepat.


2.    JENIS TANAMAN

Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanya beberapa jenis  yang diminati  para  petani/konsumen.  Di  Indonesia  varietas  yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya: benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.



3.    MANFAAT TANAMAN

Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan rasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai masyarakat  sebagai  makanan  ringan).  Kulit  semangka  juga  dibuat  asinan/acar seperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.



4.    SENTRA PENANAMAN

Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.

5.    SYARAT PERTUMBUHAN

5.1.  Iklim

1) Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah
40-50 mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman  semangka  perlu  sinar matahari sejak  terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
3) Tanaman  semangka  akan  dapat  tumbuh  berkembang  serta  berbuah  dengan optimal pada suhu  ±  25 derajat C (siang hari).
4) Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
5) Kelembaban  udara  cenderung  rendah  bila  sinar  matahari  menyinari  areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.

5.2.  Media Tanam

1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut.
3) Tanah  yang  cocok  untuk  tanaman  semangka  adalah  tanah  porous  (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.

5.3.  Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m dpl.   Kenyataannya   semangka   dapat   ditanam   di   daerah   dekat   pantai   yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.

6.    PEDOMAN BUDIDAYA

6.1.  Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Pemilihan  jenis  benih  semangka  yang  disemaikan  adalah:  Hibrida  import, terutama benih jenis Triploid (non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat keras dan jenis Haploid (berbiji).

2) Penyiapan Benih

Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alat bantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan biji tersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut  berbentuk  gunting kuku yang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempat kecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemai karena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.

3) Teknik Penyemaian Benih

Teknik penyemaian benih semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a) Perenggangan bibit biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses pertumbuhannya;
b) Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter air hangat suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael, Abitonik); 1 sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil 75 WP, Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan bibit siap dikecambahkan.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Kantong-kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh  sejak  terbit  hingga  tenggelam.  Diberi  perlindungan  plastik  transparan serupa rumah kaca mini dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiran yang terbuka. Pemupukan dilakukan lewat daun untuk memacu perkembangan bibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benih tersebut.

5) Pemindahan Bibit

Setelah pengecambahan dilakukan penyemaian bibit menggunakan kantong- kantong plastik berukuran : 12 cm  x (0,2 - 0,3 )mm. Satu kantong ditanam satu benih (sudut kantong dipotong secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisi campuran  tanah  dengan  pupuk  organik  komposisi:  1  bagian  tanah  kebun,  1 bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.

6.2.  Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh.  Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekas batang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan juga segala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan tanaman semangka yang akan ditanam di areal tersebut.

3) Pembentukan Bedengan

Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh si penanam (bentuk bedengan baris tanaman ganda, bedengan melintang pada areal penanaman). Lebar bedengan 7-8 meter, tergantung tebal tipis dan tinggi bedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).

4) Pengapuran

Dilakukan dengan pemberian jenis kapur pertanian yang me-ngandung unsur Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapur Karbonat/kapur dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

5) Pemupukan

Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang   sudah matang. Pupuk kandang berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/ bedengan.    Caranya,  ditaburkan  disekeliling  baris  bedengan    secara  merata. Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur
1% obat anti hama penggerek batang.

6) Lain-lain

Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat penanaman  semangka  dilakukan    dengan  cangkul.  Di  bagian  tengah, sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan   dan diatas lapisan ini diberi jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi,  disiram  dan  dilapisi  jerami  kering  setebal  2-3  cm  dan  plastik  mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisa yang  berwarna  perak  yang  memantulkan  sinar  matahari  dan  secara  tidak langsung membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untuk pertumbuhannya.

6.3.  Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Tanaman semangka merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Penanaman bibit semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur
14 hari dan telah tumbuh daun  ± 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm.

Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah ke darat. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar
80-100  cm/tergantung tebal  tipisnya  bedengan.  Lahan  tertutup  dengan  plastik mulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang.

3) Cara Penanaman

Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap menerima penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanam dilakukan perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada. Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit disertai campuran larutan obat obatan. Susunan obat terdiri dari: 1 sendok teh hormon Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres bakterisida tepung, 1 sendok teh peres fungisida serbuk/tepung (Berlate, dithane M-45, Daconiel).

Urutan penanaman adalah sebagai berikut:
a) Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.
b) Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan
c) Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
d) Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.

6.4.  Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.

2) Penyiangan

Tanaman  semangka  cukup  mempunyai  dua  buah  saja,  dengan  pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting  sekunder.  Perlu  penyiangan  pada  ranting  yang  tidak  berguna,  ujung
cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena mengganggu pertumbuhan buah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semua daun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.

3) Pembubunan

Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.

4) Perempalan

Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang. Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebat akibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.

5) Pemupukan

Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanya terserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D), pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daun dicampur  dengan  insekstisida  dan  fungisida  yang  disemprotkan  bersamaan secara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut:
a) Pupuk daun diberikan pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
b) Pupuk buah diberikan pada saat  45 dan 55 hari setelah tanam;
c) ZA dan NPK (perbandingan 1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml,  25  hari  setelah  tanam  sebanyak  400  ml  dan  55  hari  setelah  tanam sebanyak 400 ml.

6) Pengairan dan Penyiraman

Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari dengan volume pengairan tidak berlebihan. Bila  dengan  pompa  air  sumur  (diesel  air) penyiraman dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air.

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zat perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentuk cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-

17 liter pelarut. Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia
>20 hari di lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari. Penyemprotan dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan menggunakan mesin bertenaga diesel bila luas  lahan  ribuan hektar. Penyemprotan dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.

8) Pemeliharaan Lain

Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitas yang baik (berat buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m   dari perakaran tanaman), calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umur tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dan tidak cacat). Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Setiap calon buah ±  2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan harga jual buah itu sendiri.



7.    HAMA DAN PENYAKIT

7.1.  Hama

Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida.

Hama  yang  tidak  tahan  terhadap  pestisida  (Kutu  daun,  bentuk  seperti  kutu), umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang biak. Gejala  yang terjadi daun berberecak  kuning,  pertumbuhannya terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat- obatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang  piaraan  (kucing,  anjing  dan  ayam).  Pengendallian:  menjaga  pematang selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.

1) Thrips

Berukuran  kecil  ramping,  warna  kuning  pucat  kehitaman,  mempunyai  sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak.  Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.

2) Ulat perusak daun

Berwarna  hijau  dengan  garis  hitam/berwarna  hijau  bergaris  kuning,  tanda serangan  daun  dimakan  sampai  tinggal  lapisan  lilinnya  dan  terlihat  dari  jauh seperti  berlubang.  Pengendalian:  dilakukan  secara  non  kimiawi  dan  secara kimiawi.

3) Tungau

Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat.  Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.

4) Ulat tanah

Berwarna  hitam  berbintik-bintik/bergaris-garis,   panjang  tubuh  2-5   cm,   aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman.  Pengendalian: (1) penanaman secara  serempak  pada  daerah  yang  berdekatan  untuk  memutus  siklus  hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan obat-obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.

5) Kutu putih dan Lalat buah

Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak- bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi (membersihkan lingkungan terutama pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara kimiawi : dengan obat-obatan.

7.2.    Penyakit

1) Layu Fusarium

Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab).  Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun akan.  Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum  ditanami, atau menanam benih  yang sudah  direndam obat;  (2) secara kimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.

2) Bercak daun

Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65
Wp dosis 2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.

3) Antraknosa

Penyebab: seperti penyakit layu fusarium.  Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin   meluas.   Pengendalian:   (1)   dilakukan   secara   non   kimia   sepeti pengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.

4) Busuk semai

Menyerang pada benih yang sedang disemaikan.  Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat   dan rebah kemudian mati.  Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.

5) Busuk buah

Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif  setelah  buah  mulai  dipetik.   Pengendalian:  hindari  dan  cegah  terjadinya kerusakan   kulit   buah,   baik   selama   pengangkutan   maupun   penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

6) Karat daun

Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman.  Gejala:  daun  melepuh,  belang-belang,  cenderung  berubah  bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang.  Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.

7.3.  Gulma

Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma (tanaman pengganggu).

8.    PANEN

8.1.  Ciri dan Umur Panen

Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji).

8.2.  Cara Panen

Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.

8.3.  Periode Panen

Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.

8.4.  Prakiraan Produksi

Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan pembatasan hasil  buahnya,  sehingga  dapat  diperkirakan  jumlah  produksinya.  Secara  wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon dan
2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ±  6-8 kg per pohon.



9.    PASCAPANEN

9.1.  Pengumpulan

Pengumpulan  hasil  panen  sampai  siap  dipasarkan,  harus  diusahakan  sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan  buah,  sehingga  akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air.
9.2.  Penyortiran dan Penggolongan

Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
1) Kelas A:  berat ³ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B:  berat ± 2-4 kg, kondisi  fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.

9.3.  Penyimpanan

Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%;
2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2  dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi;
3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.

9.4.  Pengemasan dan Pengangkutan

Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar dan hati-hati.
1).Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.
2).Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.
3).Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.

9.5.  Penanganan Lain

Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).

12.  DAFTAR PUSTAKA

1) BUDI SAMADI (1996). Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta, Kanisius. 76 halaman.
2) WIHARDJO, Suwandi. (1993). Bertanam Semangka. Yogyakarta, Kanisius, 107 halaman.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Hal. 15/ 16
TTG BUDIDAYA PERTANIAN

3) WINARTI, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk dan OST Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)
4) Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Kompos Terhadap
Pertumbuhan dan Produjsi Semangka. Media Unika.

Jakarta, Februari 2000

Sumber    :   Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor       :   Kemal Prihatman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar