Ketika saya mengurus STNK kendaraan yang sedang habis waktu, saya memarkir kendaraan di depan kantor samsat. Kebetulan waktu itu sedang ramai sekali. Sehingga kendaraan yang parkir pun berjubel sampai keluar batas areal parkir.
Ketika sudah selesai mengurus administrasi, kami menuju kendaraan yang kami parkir. Sambil menunggu membayar parkir, saya memperhatikan sebuah dialog pendek antara tukang parkir dengan seorang wanita muda yang barusan mengambil sepeda motornya.
Rupaya sedang terjadi kesalahfahaman tentang besarnya uang parkir. Saya lihat wanita muda itu cemberut sambil membayar ke tukang parkir. Sementara si tukang parkir yang masih muda, mukanya bersungut-sungut sambil ngedumel tiada habisnya. Setelah wanita muda itu pergi, si tukang parkir melampiaskan rasa kecewanya sambil berteriak cukup keras. “…wah, wah, wah,.. sekarang ini tidak ada lagi wanita cantik, semua cemberut, semua makan hati, yaakh, maklumlah baru satu hari harga BBM naik…”
Saya baru teringat, memang kejadian itu adalah satu hari setelah diumumkannya kenaikkan harga BBM. Begitu mendengar ungkapan dengan nada kesal dari tukang parkir tersebut, saya secara bersamaan tersenyum geli. Dan tukang parkir pun spontan tersenyum juga sambil berkata “… wah, ternyata masih ada wanita yang cantik, meskipun harga BBM naik”
Senyum memang kunci dari ekspresi seseorang. Senyum adalah `wakil’ suasana hati seseorang. Apalagi kalau senyum itu wajar, tidak dibuat-buat. Sungguh akan mencerminkan kebahagiaan hati.
Allah dalam merencanakan sebuah ekspresi senyuman, sungguh luar biasa. Senyuman seseorang dapat membias ke seluruh wajah. Sehingga jika seseorang sedang tersenyum, maka semua anggota wajahnya ikut senyum dan ikut gembira. Sebaliknya mulut yang cemberut juga akan membias ke seluruh raut wajah seseorang.
Jika seseorang sedang cemberut, maka seluruh bagian wajahnya juga ikut cemberut. Mengapa bisa demikian? Karena sumber perubahan wajah seseorang adalah hati.
Begitu hatinya senang, bibir tersenyum. Coba perhatikan. Semua wajah menjadi ikut tersenyum, riang dan gembira. Orang yang melihatpun ikut jadi senang dan gembira.
Demikian pula sebaliknya, jika hati cemberut, merasa tidak senang, maka akan mempengaruhi bentuk bibir. Jika bibir sudah menunjukkan ekspresi tidak bagus, maka seluruh anggauta wajahpun ikut cemberut. Ah, luar biasa memang. Jaringan otot yang dibentangkan oleh Allah Swt di seluruh wajah seseorang begitu halus, dan begitu pekanya.
Kalau pembaca ingin membuktikan betapa sebuah senyuman bisa mempengaruhi seluruh wajah, dan bisa mempengaruhi siapa saja yang melihatnya, buatlah sebuah percobaan sederhana sbb:
Gambarlah sebuah bulatan, sebagai perumpaan muka seseorang. Buatlah dua mata, hidung, dan dua telinga pada `muka` tersebut.
Pertama, buatlah sebuah garis mendatar, sebagai wakil dari mulut.
Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang serius. Mata, hidung, dahi, pipi, bahkan telinganya, seolah-olah juga ikut serius.
Kedua, hapuslah mulut tersebut, buatlah sebuah garis melengkung ke bawah di bekas mulut tadi, sebagai wakil dari mulut yang sedang senyum.
Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang riang dan gembira. Mata, hidung, dahi, pipi, bahkan telinga dari wajah tersebut, seolah-olah juga ikut riang gembira. Aneh bukan? Padahal matanya tetap, tidak diganti, hidung juga tetap, telinga juga tetap.
Ketiga, hapuslah kembali mulut tadi, buatlah sebagai penggantinya sebuah garis melengkung ke atas sebagai wakil dari mulut yang sedang cemberut.
Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang cemberut, sedih, dan putus asa. Anehnya mata, hidung, dahi, pipi, maupun telinga dari wajah tersebut juga seolah-olah ikut cemberut, dan sedih…
Manakah, yang harus kita pilih? Sama-sama menggerakkan bibir, kearah mana sudut bibir kita harus kita gerakkan? Ke bawah, yang akan menyebabkan semua orang menjadi senang, ataukah ke atas yang akan membuat semua yang melihatnya ikut menjadi susah.
Jika anda seorang wanita, kata tukang parkir tadi anda akan menjadi semakin cantik jika anda tersenyum. Sebaliknya, tentu saja akan menjadi jelek, kalau kita terus saja cemberut. Seperti wanita di tempat parkir yang cemberut, sehingga tukang parkirpun kesal dibuatnya.
Aisyah ra, pernah bercerita. Aku lama sekali tidak pernah melihat rasulullah saw tertawa terbahak-bahak sampai terlihat urat lehernya. Jika beliau tertawa, hanyalah senyum (HR. Bukhari)
***
Dari Sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar