Hunting kesenangan di massage, night club, karaoke atau diskotik, sangat membosankan. Atmosfirnya terlampau pekat dengan dupa-dupa malam. Wanita indekos menjadi sebuah alternatif incaran kenikmatan, lokasi rumahan tidak buram, aura mereka pun masih fresh & bening.
Chyntia (bukan nama aslinya), wanita berusia 20 tahun ini dulunya bekerja sebagai sekretaris sebuah konsultan asing. Setelah kontrak kerja habis, ia pun mengganggur, apalagi boss-nya yang berasal dari Canada sudah mudik ke negerinya. Tapi hubungan dengan beberapa costumer kantornya tetap dibina.
"Mereka cantik-cantik dan segar-segar," imbuh pria bertubuh besar ini. Selain itu cara mengambil mereka di rumah mewah, sehingga mengesankan kalau para lelaki yang datang sedang berpacaran dengan wanita-wanita muda itu. "Yang jelas ini lain dari pada yang lain," promosi pria yang kerap berburu wanita-wanita teman kencan ini.
Sebagai seorang PR, Arthur pun menerangkan harga bayaran dari wanita-wanita muda ini. "Short timenya 1,5 juta!," terangnya. Sementara untuk seharian kencan ia mematok harga 3 juta rupiah. Harga yang ditawarkannya tersebut ternyata belum termasuk dengan tempat untuk berkencan, karena mencari hotel urusan konsumen. Jika ada wanita yang cocok dengan seleranya, maka para pria ini dipersilahkan untuk memberikan booking fee.
Sementara Sisca (sebut saja begitu, 20 tahun), salah satu wanita yang disitu mengatakan, terang-terangan dirinya bukanlah China tulen. "Saya dari Indramayu. Tapi ketika masih sekolah, aku sering dipanggil China," tuturnya. Mata Sisca memang sipit dan kulitnya putih, kalau diusut mungkin generasi kesekian yang sudah diluar trah.
Seorang lelaki yang berjiwa wanita bernama palsu Dian, mengkordinir penari-penari bagai seorang manajer. Mulai dari jadi Mami kos mengurusi kebutuhan sehari-hari, hingga mencari order atau pemasaran masing-masing dancer. Koreografi tidak begitu masalah, "Yang penting bodynya bagus plus bisa goyang erotik!" tutur Dian sedikit kemayu. Untuk itu yang harus dirawat juga bagian aurat, seperti dengan berlulur dan aroma terapi. Belum lagi urusan salon, potong rambut atau baju-baju pesta.
Available dalam kemasan wanita karier, gadis ABG, Chinese woman hingga spesial striptease. Layanan drive thrue ini dijinjing dari kos-kosan, lantas menjadi hidangan gairah di hotel-hotel berbintang oleh para lelaki!
Cuplikan I Chyntia (bukan nama aslinya), wanita berusia 20 tahun ini dulunya bekerja sebagai sekretaris sebuah konsultan asing. Setelah kontrak kerja habis, ia pun mengganggur, apalagi boss-nya yang berasal dari Canada sudah mudik ke negerinya. Tapi hubungan dengan beberapa costumer kantornya tetap dibina.
Apalagi postur tubuh seksi dan parasnya yang cantik, selalu menggoda iman para lelaki. Melalui buku telphone dengan berderet nama-nama petinggi, ia kontak "say hello!" dengan nada suara manjanya. Setelah terlibat obrolan kesana-kemari yang tentunya berbau seks, merekapun tersihir dalam dekapan suara mesra Chyntia.
"Aku kos disini biar mudah dihubungi, kebetulan tidak jauh dengan perkantoran mereka!" cerita gadis mirip bintang sinetron remaja ini. Terkadang justru sang lelaki itu yang datang ke kos, dan keduanya berangkat menuju hotel. Menurut pengakuan Chyntia, yang tercatat di daftar antrinya memang terbatas hanya 15 orang. Tapi semua merupakan member tetap, otomatis ia harus pandai-pandai membuat schedule agar tidak bentrok waktunya.
Sistim kerja wanita ini terlihat beda, ia tidak pasang tarif tapi justru kepuasan akan menentukan hasil imbalannya. Anthony misal, marketing directorperusahaan konstruksi, ia menghadiahi Honda Stream warna putih. Lelaki ini merasa mendapat mujijat keteduhan bersama Chyntia, rayu gemulainya sempat membuat impotensinya tiba-tiba sembuh total.
"Kebanyakan mereka tidak to the point, ngobrol bahkan curhat!" katanya. Tidak jarang selain jadi langganan, lelaki memproporsikan dirinya sebagai pacar atau selingkuhan. Itulah keunggulannya, back ground sebagai wanita pendamping boss di kantor bisa dipraktekkan di profesinya sekarang.
Cuplikan II "Mereka cantik-cantik dan segar-segar," imbuh pria bertubuh besar ini. Selain itu cara mengambil mereka di rumah mewah, sehingga mengesankan kalau para lelaki yang datang sedang berpacaran dengan wanita-wanita muda itu. "Yang jelas ini lain dari pada yang lain," promosi pria yang kerap berburu wanita-wanita teman kencan ini.
Fenomena yang diceritakan Gunawan, membuat rasa penasaran para pria petualang cinta lain, yang juga sahabatnya ketika masih bersekolah di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Kontan naluri mereka tertantang ingin merasakan sebuah sensasi eksklusif.
Namun untuk dapat menemukan tempat tersebut bukanlah sebuah persoalan yang mudah. "Tempat ini terletak di sebuah kawasan perumahan elite," jelas Gunawan. Bahkan menurutnya sebagai kamuflase di pagar depan tertulis 'Kos-Kosan Khusus Wanita' dengan huruf yang mencolok.
Para calon pelanggan yang baru pertama kali mendatangi etalase kos-kosan ini, akan dibuat ragu apakah benar tempat ini betul menjadi display ABG-ABG penghibur. Tempat ini seakan tersembunyi diantara rumah-rumah lain, mengkelabui publik yang memang tidak berminat bertamasya cinta.
Dengan mengendarai Grand Cherokee keluaran terbaru, Gunawan memandu rekan-rekannya yang ingin bertualang dengan para daun muda yang sangat wild seperti promosinya. Sayang speed kendaraan tak mampu membelah jalanan mengarah Kota yang sangat padat di jam pulang kantor. Maklum, kawasan ini jika malam hari menjadi pusat hiburan malam yang terbesar di Indonesia.
Di sebuah putaran arah mobil pun diajak untuk masuk ke jalan HR yang juga tidak kalah semarak dengan diskotik maupun klub-klub malam. Menjelang senja tempat-tempat hiburan tersebut belum mulai beroperasional. Bak gadis remaja yang sedang menunggu pujaanya, mereka asyik berdandan mempersiapkan diri untuk menjadi sang primadona.
Cuplikan III Sebagai seorang PR, Arthur pun menerangkan harga bayaran dari wanita-wanita muda ini. "Short timenya 1,5 juta!," terangnya. Sementara untuk seharian kencan ia mematok harga 3 juta rupiah. Harga yang ditawarkannya tersebut ternyata belum termasuk dengan tempat untuk berkencan, karena mencari hotel urusan konsumen. Jika ada wanita yang cocok dengan seleranya, maka para pria ini dipersilahkan untuk memberikan booking fee.
Setelah memberikan uang depe, maka user yang telah memesan tersebut tinggal mencari penginapan untuk mengeksekusi kesenangan tersebut. Uang tanda jadi tersebut perlu dikeluarkan, agar wanita pilihannya tidak diambil pelanggan lain. Jika para pria ini tidak mau repot kembali ke kos-kosan, maka mereka tinggal telepon dan meminta diantarkan delivery pesanannya. "Kalau sudah begitu bayarannya tinggal ditambah uang transportasi ke hotel dan membayar uang pengawalan," jelas Arthur.
Selain itu para pengawal ini harus membayar uang pelicin, kepada para petugas front office hotel-hotel yang ditempati para pria pemesan tersebut. Sebab para keamanan biasanya sudah hafal dengan para pengantar wanita. "Kalau kita pelit pasti dibuat susah oleh mereka," tambahnya. Paling tidak dibutuhkan dana administrasi sebesar Rp.200.000 rupiah untuk mengantarkan wanita-wanita pesanan ini. Tentu saja uang tersebut harus dirogoh dari kocek para pemesannya.
Setelah sekitar lima belas menit menunggu, para wanita belia itu akhirnya satu persatu muncul ke lobi yang terletak di sebelah ruangan tamu tersebut. Ada sekitar tujuh wanita belia yang rata-rata berparas cantik dan masih ranum. "Di sini yang paling muda berusia 15 tahun dan yang paling tua berusia 18tahun," promosi Arthur semangat.
Di ruangan yang dibatasi oleh sebuah sketsel, mereka duduk rapi di atas sofa berleter L sambil bersenda gurau dengan sesama mereka. Selayaknya remaja-remaja seusianya yang masih senang berdandan trendi, mereka ini pun berlomba berpakaian seksi seperti tank-top, t-shirt yang terlihat perut,cardigan, rok mini, semua bersaing untuk menggaet tamu.
Cuplikan IV Sementara Sisca (sebut saja begitu, 20 tahun), salah satu wanita yang disitu mengatakan, terang-terangan dirinya bukanlah China tulen. "Saya dari Indramayu. Tapi ketika masih sekolah, aku sering dipanggil China," tuturnya. Mata Sisca memang sipit dan kulitnya putih, kalau diusut mungkin generasi kesekian yang sudah diluar trah.
Ia juga terus terang mengaku, tak ada kursus-kursus khusus agar dirinya bisa melayani tamu dengan gaya China. "Kalau sudah dikamar, gaya apapun tak ada masalah," kata Sisca. Toh, semua wanita juga tahu bagaimana mengendalikan nafsu dan membuat gairah lelaki agar terus menyala.
Menurutnya pula, teman-temannya juga banyak yang bukan China, tapi sewaktu masuk ke situ diterima dengan persyaratan China. Karena itu ia sempat mengajak teman-temannya di kota kelahirannya yang punya komunitas mirip dia.
"Bagaimana cara mengajaknya?"
"Tempat ini kan tidak seperti jasa layanan seks pada umumnya. Tersembunyi, dan agak amatir. Itu yang aku jelaskan pada mereka, sehingga mereka mau. Ketika tidak terima tamu, kami seperti tinggal di kos-kosan," tutur Sisca.
Mereka memang membayar seperti orang kos setiap bulan. Dapat makan dan tempat tidur. Hanya saja tak boleh keliaran di depan rumah dengan seenaknya. "Supaya tak mencolok, karena tetangga tak mau terganggu. Mereka umumnya tahu siapa kami, tapi tak peduli, karena kami tak mengganggu, karena itu tak boleh seliweran di depan rumah kos," tuturnya.
Namun Sisca tak mau mengutarakan, berapa ia mesti membayar sewa atau uang yang didapat setiap terima tamu. Yang jelas, tips dari tamu 'kerja di kos' lebih tinggi dari kerja di tempat 'resmi' seperti night club. Ia, katanya, pernah membandingkannya dengan wanita yang kerja di massage. Tenaganya habis dikuras untuk melayani tamu, siklus hidupnya terbalik, siang tidur dan malamnya bekerja. Secara fisik akan lebih cepat drop, jarang menghirup kesegaran terlihat dari aura wajahnya.
Cuplikan V Seorang lelaki yang berjiwa wanita bernama palsu Dian, mengkordinir penari-penari bagai seorang manajer. Mulai dari jadi Mami kos mengurusi kebutuhan sehari-hari, hingga mencari order atau pemasaran masing-masing dancer. Koreografi tidak begitu masalah, "Yang penting bodynya bagus plus bisa goyang erotik!" tutur Dian sedikit kemayu. Untuk itu yang harus dirawat juga bagian aurat, seperti dengan berlulur dan aroma terapi. Belum lagi urusan salon, potong rambut atau baju-baju pesta.
Seorang pialang yang banyak memenangkan saham sebut saja bernama Darwin, kerap berlangganan dengan agency Dian. Bersama teman-temannya, Don pengusaha perkayuan, Shandy manager retail dan Susanto importir suku cadang. Mereka berkawan sejak kuliah di sebuah universitas di Surabaya. Dua orang tinggal di Jakarta namun terkadang dalam satu bisnis mereka bisa berkumpul bersama.
"Paling gampang, aku booking hotel di kawasan Jakarta Selatan, lantas kontak Dian untuk menyediakan empat penari!" tegas Darwin. Kesempatan ini rutin ia manfaatkan, karena dijamin pasti puas. Dari pada mesti harus road show ke kawasan Kota yang akhirnya malah hasilnya nihil. Dari Dian paket wanita yang ditawarkan juga sering berganti, pokoknya sengaja dibuat konsumen betah dan nagih.
Hitungan bugjet berupa paket, karena tidak sekedar menyediakan penari saja.Sound systeem low capacity berikut lighting plus DJ termasuk yang disediakan. Penataan ruangan dengan berbagai property telah disiapkan olehagency ini, yang jelas nuansanya menjadi mirip night club yang mengundang tumpah ruah gairah. Makanya dalam satu bungkus acara yang memakan waktu satu hari, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai sepuluh juta untuk empat orang.
Karena aktifitas all day, dalam waktu lama layanan para wanita ini harus lebih interaktif . "Tenang aja, saya sudah grooming mereka, bagaimana membuat para lelaki tergila-gila!" kilah Dian promosi. Sejak mereka mendatangi kos untuk memilih, wanita-wanita ini sudah pasang jerat-jerat cinta. Walau baru sekali pertemuan, seolah mereka sudah kenal lama bahkan berakting sebagai kekasih. Sehingga waktu seharian sepertinya menjadi kurang, itulah yang dibilang ketagihan!
Masih banyak penelusuran yang dibuat oleh Tim Popular! Hanya untuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar